15 March 2007

Jarak ribuan kilometer dimulai dari sebuah langkah kecil

Pencapaian sesuatu atau kesukesan seringkali dilihat hanya dari hasil akhirnya saja. Padahal dibalik itu semua banyak sekali pelajaran penting yang bisa diambil dari proses menuju kesuksesan tersebut.

Seringkali kita membaca atau mendengar kisah sukses seseorang yang ternyata diawali dari suatu yang sangat kecil. Misalnya pemilik jaringan salon Rudy hadisuwarno yang memulai usaha dari sebuah salon kecil bahkan kacanyapun masih pinjam dari orang tuanya. Martha Tilaar pemilik Sari Ayu memulai usaha dari sebuah salon kecil di garasi
rumah. Demikian juga kisah sukses Apple komputer, Campina Ice Cream semuanya berawal dari garasi rumah.

Jadi kesuksesan tidak selalu diraih dengan kemewahan dan modal miliaran rupiah. Lari maraton 10 KM pun dimulai dari sebuah langkah kecil. Jadi mengapa harus berkecil hati ? Yang terpenting adalah langkah itu diambil atau dimulai. Jangan hanya diimpikan.

Memang tidak ada semua proses itu mulus. Tidak ada seorang sukses pun yang tidak pernah gagal. Hinaan & cibiran malah menjadi cambuk bahkan menjadi hiburan bila kita bisa melihat dengan bijak. Kita mesti berterima kasih kepada mereka yang menghina kita karena dengan adanya hinaan tsb tekad kita menjadi semakin kuat untuk terus membuktikan bahwa kita bukan orang gagal.

Seperti yang dikatakan AA Gym mulai dari sekarang, mulai dari yang kecil, mulai dari diri sendiri. Jadi apakah kita akan diam saja atau mulai berjalan ?

Semoga menjadi inspirasi,

Sebelum Anda Terpojok

Sebelum Anda Terpojok Jam baru menunjukkan pukul 08.05 pagi. kantor masih sepi beberapa orang sudah datang. Di pojok ruangan terlihat Doni dan Dina terlihat berbicara serius. Keduanya adalah supervisor.

Doni : "Lagi bete aku Din. Kerja sudah nggak semangat nih.... Bayangin aja sudah hampir 10 tahun kerja masih gini-gini aja. Tiap tahun gaji naik cuman sedikit paling banter 10 persen. Padahal kebutuhan naik terus ...terus...

Dina : "Yah...Don. kalau masih kerj asama orang ya begini ini. Mau apa lagi. Emang ini perusahaan kakek lo bisa naik gaji seenaknya."

Sementara itu ditempat lain tampak Roni dan Rina juga asyik bercengkerama.

Roni : "Wah ... nggak terasa umur sudah 45. 10 tahun lagi pensiun...padahal jabatan masih manajer. Mentok-mentoknya direktur."

Rina : "kan lumayan kalau bisa jadi direktur"

Roni : "Masalahnya bukan itu Rin, coba kalau aku pensiun. Sekarang pesangon berapa sih ? 30x gaji ? atau 50 x gaji ? Nggak ada 5 tahun bakal habis tuh duit, padahal usia segitu biaya lagi butuh banyak. Kesehatan kita sudah menurun, anak minta nikah, cucu sudah mulai banyak. Terus gimana dong ?"

Obrolan seperti di atas pasti sering kita dengar atau bahkan kita alami. Hal yang paling sering dialami oleh pekerja adalah kehilangan motivasi. Karena tidak mendapatkan penghargaan yang sepadan Dan hal yang paling ditakuti oleh pekerja adalah PHK dan masa pensiun. Banyak pekerja bingung jika sudah sampai pada masa pensiun. karena jika setiap hari ada aktifitas rutin maka pada masa pensiun biasanya hanya berdiam diri di rumah, berkebun berolah raga. Aktifitas yang
hanya untuk menghibur diri. Beberapa mungkin ikut dalam kegiatan-kegiatan sosial atau keagamaan.

Tetapi jika hanya mengandalkan uang pensiun kegiatan tsb mungkin hanya bisa dilakukan pada beberapa tahun pertama. Tahun-tahun berikutnya karena uang pensiun semakin menipis mulai timbul energi negatif. Pertama karena merasa tidak berarti, kedua tidak adanya dukungan finansial yang kuat, ketiga fisik mulai melemah dan sering sakit-sakitan.

Memang hal tsb yang harus dialami oleh semua pekerja. Akhirnya beberapa pensiunan sering berupaya untuk tetap mendapatkan income dengan cara berwirausaha.

BERWIRAUSAHA. ..akhirnya ini yang menjadi pilihan. Tetapi kenapa dilakukan setelah pensiun atau menunggu PHK ? Tanpa pengalaman tentu akan menjadi hal yang riskan ditengah kondisi fisik yang kurang mendukung. Memang ada pengusaha yang sukses setelah masa pensiun seperti KFC. Tetapi bukankah dia tidak ikut menikmati hasil kesuksesannya. Bukankah akan lebih baik jika pada saat masih sehat dan kuat kita coba berwirausaha. Selagi masih sehat masih banyak kesempatan kita berbuat banyak bagi keluarga dan orang lain. Bagi pemberani bisa langsung 'bakar jembatan' - langsung resign. Bagi yang moderat bisa sambilan. Cari pengalaman dulu, tetapi tetap harus ada target untuk full wirausaha karena jika tidak, usahanya tidak bisa berkembang. Usaha yang baru dimulai membutuhkan campur tangan intensive si pengusaha kecuali jika usahanya sudah membesar
dan sudah punya sistem yang kuat.

SALAHKAH JADI KARYAWAN ?
Tidak, Anda tidak salah menjadi seorang karyawan. Itu adalah jalan yang Anda pilih sendiri. Tetapi Andajuga harus menerima segala konsekuensinya. Gaji yang nggak naik-naik, kurang merasa dihargai dll. Jangan jadikan semua itu alasan pembenar untuk mengeluh. Anda hanya akan menyebar energi negatif. Jika Anda sudah merasa seperti itu berarti ini saatnya anda memutuskan masa depan Anda. Begitupun seandainya Anda memutuskan menjadi pengusaha. Segala konsekuensinya harus Anda tanggung juga.

Jadi kapan akan mulai, ..... sekarang atau ..... ? Segera putuskan !!! ...... sebelum Anda terpojok....

Semoga bermanfaat.

06 March 2007

Ketabahan Hidup Sebelum Menuai Sukses

Di suatu pagi yang permai, di sebuah areal persawahan yang indah, seorang petani terlihat berdiri sambil memandangi tanaman padi di sawahnya yang cukup luas hijau membentang. Sudah sebulan lebih padi di tanam, kini daunnya sudah menghijau. Setelah berkeliling di antara petak-petak sawahnya, matanya terhenti pada rumput-rumput liar di antara tanaman padinya. Rumput itu terlihat tumbuh subur dan bahkan lebih subur dari tanaman padinya.

Hari semakin siang, matahari semakin terik. Tanpa tunggu lama, pak Tani menyingsingkan lengan bajunya, turun ke sawah dan menyiangi rerumputan di sela pepadian itu. Petak demi petak dia bersihkan, sementara panas matahari kian menyengat. Keringat pak Tani bercucuran, sesekali ia menyeka mukanya dengan lengan bajunya. Ia tak peduli dengan panas yang membakar kulitnya.

Tanpa terasa adzan Dhuhur berkumandang dari kejauhan. Ia terhenti sejenak, kemuadian melangkah ke tepi, berjalan menyusuri pematang dan berhenti di sebuah gubug kecil di tengah sawahnya. Ia kipas-kipaskan tudung di kepalanya ke wajahnya yang terlihat kelelahan, hembusan angin sepoi-sepoi terasa menyegarkan tubuhnya yang memerah dan basah oleh keringat. Sebuah botol minuman ia raih, dengan beberapa tegukan ia obati dahaga yang dari tadi ia rasakan. Sejurus kemudian ia mengambil bekal makanan di sampingnnya, membukanya, dan memakannya dengan lahap, habis tak tersisa. Ah…, betapa nikmatnya makan di tengah sawah yang mulai menghijau dengan angin yang sepoi-sepoi, diiringi kicauan burung-burung. Sungguh alami pemandangan di depan sana, hamparan hijau di bawah birunya langit…

Setelah merasa cukup istirahat, ia bergegas ke sebuah sungai kecil di samping sawahnya. Ia ambil air wudlu, kembali ke gubug, berganti pakaian, dan …Alloohu akbar! Ia berdiri mengahadap kiblat dengan penuh kekhusyu’an. Masya Alloh, di tengah sawahnya ia tiada lalai untuk bersujud menghadap Ilahi. Setelah selesai sholat, ia pun melanjutkan pekerjaannya yang masih panjang, membersihkan rumput-rumput yang tumbuh di antara tanaman padinya.

Setelah beberapa lama, tiba-tiba langit berubah warna, biru dan cerah yang sejak pagi menghiasi angkasa tiba-tiba menjadi mendung yang menyelimuti, beberapa kali terdengar petir mulai menyambar. Tanpa menunggu lama hujan pun turun dari langit dengan derasnya membasahi seluruh tanaman yang tumbuh di persawahan itu. Sejenak pak Tani menghentikan pekerjaannya, tertegun memandang sekeliling, sepi tak ada seoarangpun yang masih berada di persawahan sekitarnya, kemudian ia melanjutkan pekerjaannya lagi.

Hujan kian deras, petir berderu di angkasa memekakkan telinga. Pak Tani tiada bergeming dari kegiatannya, walau badannya basah kuyup, dengan cangkul kecilnya ia terus menyusuri sela-sela tanaman padinya, menggemburkan tanah dan mencabut rerumputan yang tumbuh liar. Panas yang tadi membakar telah sirna dan berganti dingin yang menusuk tulang. Sesekali badannya bergetar seperti menggigil, tapi ia tak peduli, ia terus melangkah. Tiba-tiba sebuah kilat menyambar seperti di depan wajahnya, kemudian… DUARRR!! Gelegar petir membahana mengikuti kilat kuning emas yang merambat dari langit ke bawah dalam seper sekian detik. Sontak pak Tani terkejut, badannya berguncang dan hampir terjatuh ke belakang. Ia mengusap dadanya sambil berguman, “Subhanalloh…”. Ia berdiri terdiam, kembali ia pandangi keadaan sekeliling. Sejauh mata memandang, hanya air hujan yang terlihat, dedaunan tertunduk menahan air, sunyi…, hanya air hujan yang terdengar. Ia baru sadar tinggal dirinya seorang yang masih berdiri di tengah persawahan itu. Kesunyian mencekam, tiada seekor jangkrik pun yang berani bersuara, hanya deru angin dan hujan serta petir yang silih berganti bergemuruh. Tiba-tiba hati kecilnya berkata, “Kamu harus pulang, alam sedang tidak bersahabat, kamu bisa celaka disambar petir…”. Kemudian ia pandangi seluruh sudut sawahnya, terlihat dedaunan padi tertunduk kedinginan, ia menghela nafas sejenak dan bergumam, “Apapun yang terjadi aku akan tetap merawatmu wahai padi…, karena aku yakin suatu hari esok aku pasti akan memanenmu”. Lalu, ia pun melanjutkan pekerjaannya.

Tak berapa lama kemudian, sayup-sayup terdengar suara adzan Ashar dari kejauhan di sela-sela suara gemericik air yang mulai mereda. Pak Tani menghentikan kerjanya, berlajan ke tepi menyusuri pematang menuju gubug, membenahi bekal lalu melangkah pulang dengan hati bahagia, tak peduli badannya basah kuyup, dingin menusuk tulang.

Demikianlah perjuangan pak Tani yang tak kenal lelah, tak peduli panas dan hujan, demi tanaman padinya yang yakin dengan pasti kelak akan ia panen. Ia yakin suatu hari nanti akan menikmati hasil jerih payahnya hari ini. Maka, ia pantang menyerah menghadapi segala tantangan dan hambatan yang menghadang. Ia bulatkan tekad untuk mempersembahkan yang terbaik.

Seharusnya, demikian juga kita dalam mengarungi kehidupan, kita harus punya tujuan yang jelas dan pasti yang akan kita capai esok lusa, dan kita bulatkan tekad dan segala daya upaya untuk mencapainya. Jangan mimpi semuanya akan berjalan lancar tanpa rintangan. Menanam padi saja pasti rumput akan ikut tumbuh, demikian juga impian yang kita tanam, pasti juga akan ditumbuhi semak dan ilalang. Kalau semak dan ilalang tidak kita bersihkan, bisa jadi impian kita akan layu dan mati.

Jadi, sebelum kita menuai sukses, kuatkah kita menghadapi cobaan dan rintangan yang menghadang??

Sebelum kita menuai sukses, tabahkah kita menghadapi penderitaan dan ujian hidup??

Sebelum kita menuai sukses, bersabarkah kita dalam menjalani proses?

Mari kita wujudkan impian sukses kita, walau keringat dan darah harus jadi taruhannya…!

Salam sukses luar biasa!

Bambang Suharto